Pernah nggak sih kamu mendengar cerita orang tua yang bilang, “Anakku udah bisa pipis sendiri, lho!” sambil wajahnya sumringah penuh bangga? Nah, momen itu disebut sebagai bagian dari proses toilet training.
Tapi… sebenarnya toilet training itu apa, sih?
Kapan waktunya dimulai?
Harus mulai dari mana?
Dan... gimana kalau anaknya belum siap atau malah takut sama toilet?
Tenang, semua akan kita bahas bareng-bareng di artikel ini. Santai aja ya, karena meskipun ini topik parenting yang serius, bukan berarti harus dibahas dengan tegang juga. Yuk, kita mulai!
Apa Itu Toilet Training?
Toilet training atau latihan ke toilet adalah proses melatih anak agar bisa buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB) sendiri tanpa bantuan popok.
Biasanya ini mencakup beberapa hal:
- Mengenali rasa ingin pipis atau BAB
- Bisa menahan sampai tiba di toilet
- Bisa duduk di toilet atau potty
- Membersihkan diri setelah selesai
- Mencuci tangan
Jadi, toilet training bukan cuma soal “nggak pakai popok lagi”, tapi juga soal kesadaran, kontrol diri, dan kebiasaan baru.
Kenapa Toilet Training Itu Penting?
Proses ini adalah tonggak penting dalam tumbuh kembang anak karena:
- Membangun kemandirian
Anak belajar mengurus kebutuhannya sendiri. - Melatih kontrol tubuh
Anak belajar mengenali sinyal tubuhnya. - Meningkatkan rasa percaya diri
Saat anak berhasil “lolos popok”, ia merasa hebat dan bangga. - Mengurangi risiko iritasi kulit
Popok yang lama dipakai bisa menyebabkan ruam atau infeksi.
Lebih hemat dan ramah lingkungan
Penggunaan popok berkurang, otomatis pengeluaran juga turun.
Kapan Waktu Terbaik Memulai Toilet Training?
Setiap anak punya waktunya masing-masing. Tapi secara umum, toilet training bisa dimulai saat anak:
- Berusia sekitar 18–36 bulan
- Sudah bisa duduk dengan stabil
- Bisa mengutarakan keinginannya dengan kata sederhana seperti “pipis”, “ee”
- Menunjukkan ketertarikan saat kamu ke kamar mandi
- Merasa risih saat popoknya basah/kotor
❗ Tapi ingat ya, usia bukan satu-satunya patokan. Lihat juga tanda kesiapan berikut ini:
Tanda-Tanda Anak Siap Toilet Training
- Punya jadwal BAB/BAK yang teratur
- Popoknya kering selama 2–3 jam
- Bisa mengikuti instruksi sederhana
- Bisa naik/turun celana sendiri
- Menunjukkan minat terhadap toilet
- Mulai bersembunyi atau mencari tempat khusus untuk BAB
Kalau 3–4 tanda di atas sudah muncul, bisa banget mulai pelan-pelan.
Tahapan Toilet Training yang Bisa Dicoba
Toilet training itu nggak harus langsung “brak!” berhasil. Ada tahapan-tahapan yang bisa kamu tempuh perlahan:
1. Kenalkan Konsep Toilet Secara Santai
Bacakan buku anak tentang toilet. Tunjukkan kalau orang dewasa juga ke toilet. Biarkan anak ikut “observasi” dengan natural.
2. Mulai Gunakan Pispot (Potty Chair)
Pilih potty yang lucu dan nyaman. Biarkan anak duduk di sana walau belum pipis/BAB dulu.
3. Gunakan Bahasa yang Konsisten
Misalnya: “Pipis”, “Pup”, “Toilet”, “Basah”. Konsistensi bikin anak nggak bingung.
4. Tentukan Waktu Latihan Rutin
Coba ajak anak ke potty tiap bangun tidur, sebelum mandi, dan sebelum tidur. Rutin bikin anak terbiasa.
5. Beri Pujian Saat Anak Berhasil
Tapi jangan terlalu over ya, cukup dengan kalimat positif kayak: “Wah, kamu hebat banget udah pipis di toilet!”
6. Antisipasi Kecelakaan
Kalau anak tiba-tiba ngompol? Wajar banget. Jangan dimarahi. Bilang aja: “Nggak apa-apa, besok kita coba lagi ya.”
Hal yang Perlu Dihindari Saat Toilet Training
- Memaksa anak
- Membandingkan dengan anak lain
- Memarahi saat anak “gagal”
- Membuat suasana toilet jadi menakutkan
- Melatih saat anak sedang stres (misalnya: pindah rumah, punya adik baru, atau sakit)
Toilet training itu bukan lomba, melainkan proses belajar yang penuh kesabaran.
Setiap Anak Punya Waktunya Sendiri
Ada anak yang berhasil toilet training dalam 1 minggu. Ada juga yang butuh waktu berbulan-bulan. Dan itu normal!
Yang penting:
- Anak merasa didukung
- Orang tua sabar dan konsisten
- Lingkungan dibuat nyaman dan menyenangkan
Dan ya, relaps atau mundur juga bisa terjadi. Misalnya anak sudah lancar, tapi tiba-tiba ngompol lagi. Itu bisa karena stres, kelelahan, atau terlalu banyak stimulasi.
Tips Bantu Anak Saat Proses Toilet Training
✨ 1. Gunakan celana training
Celana khusus ini bisa menyerap pipis ringan tapi tetap terasa basah, jadi anak belajar sensasi “nggak nyaman”.
✨ 2. Buat stiker reward chart
Setiap berhasil pipis atau pup di toilet, anak boleh tempel stiker. Bikin latihan terasa menyenangkan.
✨ 3. Gunakan jam pengingat
Set alarm tiap 2–3 jam untuk ajak anak ke toilet.
✨ 4. Siapkan “kit darurat”
Bawa celana ganti, tisu basah, dan plastik saat bepergian untuk antisipasi “kecelakaan” kecil.
Hubungan Pencernaan dan Toilet Training
Toilet training juga erat banget hubungannya sama kesehatan pencernaan anak. Anak yang sering sembelit (susah BAB) biasanya jadi takut atau enggan ke toilet.
Sembelit bikin proses toilet training jadi tantangan tersendiri. Anak bisa trauma duduk di potty karena rasa sakit, akhirnya menahan BAB, dan siklusnya berulang.
Toilet Training, Yuk Dijalani dengan Seru dan Santai
Toilet training bukan soal “cepat-cepatan lepas popok”. Tapi soal bagaimana kita sebagai orang tua membimbing anak mengenal tubuhnya, belajar mandiri, dan merasa bangga atas kemajuan kecilnya.
Yang penting:
- Siapkan mental (anak & orang tua)
- Ciptakan suasana fun dan penuh dukungan
- Jaga pencernaan anak tetap sehat dengan GoldenTin Kids
- Sabar, konsisten, dan rayakan tiap langkah kecilnya
Yuk, mulai proses toilet training tanpa drama!