Toilet training adalah salah satu milestone penting dalam perkembangan anak. Tapi… kalau nggak disiapkan dengan sabar, bisa jadi ajang emosi jiwa buat orang tua. Mulai dari lantai basah, kasur bau pesing, sampai anak nangis karena ditekan buat “pintar pipis di toilet”.
Pertanyaannya, haruskah toilet training selalu penuh drama? Jawabannya: tentu tidak.
Artikel ini hadir sebagai panduan santai tapi praktis buat para orang tua yang ingin melewati fase toilet training tanpa marah-marah dan tanpa stres berlebihan. Kita akan bahas:
- Kapan waktu yang tepat untuk mulai toilet training
- Ciri-ciri anak sudah siap
- Langkah-langkah efektif (dan sabar!) dalam toilet training
- Kesalahan umum yang perlu dihindari
- Plus: tips jaga pencernaan anak selama proses ini, karena sistem pencernaan juga bisa berpengaruh lho!
Kapan Waktu yang Tepat Mulai Toilet Training?
Setiap anak unik, dan mereka punya waktu masing-masing buat siap belajar ke toilet sendiri. Tapi secara umum, usia yang sering jadi patokan adalah:
- 18 bulan – 3 tahun
Bukan berarti harus mulai di usia 18 bulan, ya. Kalau anak belum menunjukkan tanda-tanda siap, jangan dipaksakan. Memaksakan toilet training justru bisa bikin anak trauma atau malah mogok total.
Tanda-Tanda Anak Siap Toilet Training
Yuk, kenali dulu sinyal-sinyalnya. Kalau anak menunjukkan beberapa hal ini, bisa jadi mereka udah siap belajar:
- Bisa duduk tegak sendiri (tanpa bantuan)
- Mulai tertarik sama kegiatan di toilet
- Sadar saat sedang pipis atau pup (misalnya bilang “pipis!” atau bersembunyi waktu pup
- Popok mulai kering selama beberapa jam (tanda kontrol kandung kemih mulai berkembang)
- Mampu mengikuti perintah sederhana
- Sudah bisa melepas dan memakai celana sendiri
Kalau anak kamu sudah mulai memperlihatkan 3–4 tanda di atas, artinya mereka mungkin siap diajak toilet training secara bertahap.
Kenapa Nggak Boleh Marah Saat Toilet Training?
Karena toilet training adalah proses belajar—sama seperti anak belajar jalan atau bicara. Bayangin kalau anak baru belajar jalan terus dimarahin tiap kali jatuh. Pasti bikin mereka takut, kan?
Begitu juga dengan toilet training. Saat anak masih suka ngompol atau belum bisa bilang ingin pipis, itu bukan karena mereka malas atau nakal, tapi karena memang belum sepenuhnya paham dan mampu.
Toilet training yang penuh tekanan bisa menyebabkan:
- Anak merasa malu atau takut buang air
- Anak mogok toilet training
- Masalah pencernaan, seperti sembelit karena anak sengaja menahan pup
- Drama berkepanjangan antara anak dan orang tua
So, yuk coba jalani proses ini dengan penuh empati, kesabaran, dan konsistensi.
Langkah-Langkah Toilet Training yang Efektif (Tanpa Marah-Marah!)
1. Persiapan Mental Orang Tua Dulu
Sebelum anak siap, pastikan orang tua juga siap. Artinya:
- Punya waktu dan energi untuk mendampingi anak
- Nggak terburu-buru atau menargetkan hasil instan
- Siap mengelola emosi (karena akan ada hari-hari penuh tantangan)
2. Kenalkan Konsep Buang Air Sejak Dini
Sebelum masuk ke toilet training aktif, mulai dulu dari memperkenalkan:
- Apa itu pipis dan pup
- Fungsi toilet atau potty
- Memberi tahu kapan harus bilang kalau mau pipis
Gunakan buku cerita atau video anak yang menjelaskan proses ini dengan menyenangkan.
3. Gunakan Potty Training Chair yang Nyaman
Kalau anak takut duduk di toilet, sediakan potty chair mini yang sesuai ukuran mereka. Bisa pilih warna favorit atau yang ada gambar karakter lucu supaya lebih menarik.
4. Jadwalkan Toilet Time
Ajak anak ke toilet secara teratur, misalnya setiap:
- Bangun tidur
- Sebelum tidur
- Setelah makan atau minum banyak
Jangan tunggu sampai anak kelepasan baru diajak—karena biasanya udah telat!
5. Berikan Pujian, Bukan Hadiah
Pujian seperti “Wah, kamu hebat banget!” lebih sehat daripada memberi hadiah setiap berhasil pipis. Kenapa? Karena anak belajar bahwa toilet training adalah bagian dari proses tumbuh, bukan untuk “mendapat sesuatu”.
6. Gunakan Bahasa Positif
Daripada bilang, “Kamu kok pipis lagi sih di celana!”, coba ganti dengan, “Nggak apa-apa, lain kali kita coba bilang lebih cepat ya.”
Bahasa positif membangun rasa percaya diri anak dan memperkuat ikatan dengan orang tua.
7. Jangan Bandingkan Anak
Setiap anak berbeda. Ada yang bisa toilet training dalam 1 minggu, ada juga yang butuh waktu beberapa bulan. Bandingkan hanya akan bikin stres kedua belah pihak.
Hal-Hal yang Sebaiknya Dihindari
Toilet training bisa gagal (atau tertunda lama) kalau kita:
- Memarahi atau mempermalukan anak saat ngompol
- Mengancam ("Kalau pipis di celana lagi, nggak boleh main!")
- Memaksa anak duduk di toilet terlalu lama
- Melakukan saat anak sedang stres (misalnya baru pindah rumah atau punya adik bayi)
Mengharapkan hasil instan – ingat, ini proses, bukan perlombaan.
Bagaimana Kalau Anak Takut Toilet?
Tenang, ini normal kok.
Beberapa anak takut toilet karena:
- Suaranya (flush toilet bisa terdengar menakutkan)
- Duduk di kloset besar membuat mereka merasa tidak stabil
- Mereka belum paham prosesnya
Solusinya:
- Gunakan potty chair dulu
- Ajak mereka melihat orang tua atau kakak memakai toilet
- Jangan paksa! Bangun rasa aman dulu
- Bisa juga gunakan buku cerita tentang toilet yang lucu-lucu
Pencernaan Sehat = Toilet Training Lebih Lancar
Ini yang sering dilupakan: toilet training yang sukses juga sangat tergantung pada kesehatan pencernaan anak.
Anak yang susah BAB (sembelit) bisa jadi takut ke toilet karena trauma pup yang keras dan sakit. Sebaliknya, anak yang sering diare juga akan kesulitan mengontrol dorongan BAB.
Makanya penting untuk:
- Memberikan makanan berserat (sayur, buah, oatmeal)
- Memastikan anak cukup minum air putih
- Menghindari makanan olahan tinggi gula dan pewarna
Dan yang nggak kalah penting—bantu sistem pencernaan anak tetap sehat dengan dukungan alami seperti GoldenTin Kids (jika ada varian child-friendly).
Toilet training nggak harus jadi ajang stres dan drama. Dengan pendekatan yang santai, konsisten, dan penuh empati, kamu bisa membantu anak melewati fase ini dengan nyaman dan percaya diri.
📌 Inti pentingnya:
- Pastikan anak sudah siap secara fisik dan emosional
- Bangun komunikasi positif dan hindari marah-marah
- Jadikan toilet training sebagai bagian dari proses tumbuh, bukan ujian
- Jaga pencernaan anak supaya proses ini lebih lancar
Dan jangan lupa, saat kamu butuh bantuan ekstra untuk menjaga pencernaan anak tetap oke, GoldenTin bisa jadi andalan. Yuk, mulai toilet training dengan senyum dan sabar—karena anak butuh dipeluk, bukan dimarahi.