• GoldenTin Official
  • goldentin.id
Gaya Hidup Digital yang Diam-Diam Bikin Perut Bermasalah
Illustrasi: Envato

Gaya Hidup Digital yang Diam-Diam Bikin Perut Bermasalah

   | 

Coba deh hitung, berapa jam sehari kamu habiskan di depan layar? Dari bangun pagi buka HP, kerja depan laptop, scrolling medsos sebelum tidur bikin tanpa sadar, hampir seluruh waktu kita tersedot ke dunia digital. Tapi tahukah kamu, gaya hidup digital yang serba cepat dan minim gerak ini bisa berdampak besar pada pencernaan? Yup, usus kita ternyata juga “merespons” gaya hidup modern.

Kurang Gerak Bikin Pencernaan Melambat

Salah satu efek paling terasa dari gaya hidup digital adalah kurang aktivitas fisik. Banyak dari kita duduk berjam-jam di depan layar tanpa sadar waktu berlalu. Padahal, gerakan tubuh sangat penting buat bantu proses pencernaan.

Ketika kamu duduk terlalu lama, kontraksi alami di usus (yang disebut peristaltik) jadi lebih lambat. Akibatnya, makanan yang seharusnya dicerna dengan lancar malah tertahan lebih lama, memicu masalah seperti sembelit, kembung, dan rasa penuh di perut. Bahkan, penelitian menunjukkan bahwa duduk lebih dari 8 jam sehari bisa memperlambat metabolisme tubuh hingga 30%.

Nggak heran kalau banyak orang yang kerja di depan layar sering mengeluh perut terasa nggak enak atau susah BAB. Padahal, solusinya bisa sesederhana bergerak setiap satu jam sekali – entah jalan sebentar, stretching ringan, atau sekadar berdiri dan tarik napas dalam.

Stres Digital, Musuh Tak Terlihat bagi Usus

Selain bikin kurang gerak, gaya hidup digital juga erat kaitannya dengan stres kronis. Tekanan kerja online, notifikasi tanpa henti, dan kebutuhan untuk selalu “on” bisa bikin otak terus berada dalam mode siaga. Nah, stres inilah yang jadi pemicu utama gangguan pencernaan fungsional, termasuk sindrom iritasi usus (IBS) dan gastritis.

Saat stres, tubuh melepas hormon kortisol yang bisa memperlambat pencernaan dan mengubah komposisi mikrobioma usus. Akibatnya, muncul gejala seperti nyeri perut, mual, atau perubahan pola BAB. Bahkan, penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara otak dan usus (gut-brain axis) sangat sensitif terhadap stres.

Jadi, bukan cuma pikiranmu yang lelah akibat dunia digital, ususmu juga bisa ikutan stres.

Pola Tidur Berantakan, Pencernaan Jadi Kacau

Pernah ngerasa perut nggak enak setelah begadang atau binge-watching sampai dini hari? Itu bukan kebetulan. Tidur dan pencernaan punya hubungan erat. Saat kamu kurang tidur, sistem tubuh jadi nggak seimbang, termasuk produksi hormon lapar (ghrelin) dan kenyang (leptin). Akibatnya, kamu jadi gampang lapar malam, craving makanan manis, atau ngemil tanpa sadar.

Nggak cuma itu, begadang juga mengacaukan jam biologis usus. Normalnya, usus juga punya ritme aktivitas sendiri – paling aktif di pagi hingga sore hari. Tapi saat kamu sering begadang atau tidur nggak teratur, ritme ini terganggu. Alhasil, pencernaan jadi lambat dan metabolisme ikut menurun.

Kalau kamu sering begadang, jangan heran kalau bangun pagi perut terasa begah, susah BAB, atau bahkan asam lambung naik. Jadi, tidur cukup dan teratur itu bukan cuma penting buat otak, tapi juga buat usus!

Makan Sambil Main Gadget, Kebiasaan yang Nampak Sepele

Siapa yang suka makan sambil scroll TikTok atau nonton YouTube? Kebiasaan ini terlihat santai, tapi sebenarnya bisa ganggu proses pencernaan. Saat fokusmu terbagi, otak nggak bisa kasih sinyal kenyang dengan benar. Akibatnya, kamu cenderung makan lebih banyak dari yang dibutuhkan.

Selain itu, makan tanpa kesadaran penuh (mindless eating) bikin kamu nggak benar-benar menikmati makanan dan mengunyah dengan baik. Padahal, pencernaan dimulai dari mulut. Kalau makanan nggak dikunyah sempurna, kerja lambung dan usus jadi lebih berat. Akhirnya, kamu lebih mudah merasa begah, kembung, atau bahkan nyeri perut.

Coba deh biasakan makan tanpa gadget minimal 15 menit. Nikmati rasa dan tekstur makanan, kunyah perlahan, dan rasakan efeknya ke pencernaanmu.

Gaya Hidup Serba Instan dan Dampaknya ke Mikrobioma Usus

Gaya hidup digital juga sering bikin kita memilih makanan cepat saji atau delivery food karena praktis. Sayangnya, makanan olahan tinggi lemak, gula, dan garam ini bisa mengganggu keseimbangan bakteri baik di usus.

Bakteri baik (probiotik) butuh serat dan nutrisi dari makanan segar untuk bertahan. Tapi kalau yang kamu konsumsi kebanyakan processed food, bakteri baik bisa kalah jumlah dari bakteri jahat. Akibatnya, usus lebih rentan mengalami peradangan, penyerapan nutrisi terganggu, bahkan daya tahan tubuh bisa turun.

Kalau kamu ingin tetap “digital-savvy” tanpa bikin usus protes, mulai dari hal kecil seperti:

  • Tambahkan sayur dan buah segar setiap makan.
  • Kurangi junk food dan minuman manis.
  • Perbanyak minum air putih.
  • Coba konsumsi makanan fermentasi seperti yogurt, kimchi, atau tempe.

Digital Detox untuk Usus yang Lebih Tenang

Nggak perlu langsung off dari semua gadget. Kamu bisa mulai dengan digital detox kecil setiap hari. Misalnya:

  • Matikan notifikasi media sosial saat makan.
  • Gunakan mode “Do Not Disturb” satu jam sebelum tidur.
  • Ganti scrolling malam dengan membaca buku ringan atau journaling.
  • Luangkan waktu 10-15 menit di pagi hari tanpa menyentuh layar.

Kebiasaan kecil ini bantu menurunkan stres digital dan memberi waktu bagi tubuh untuk fokus memperbaiki sistem internalnya, termasuk pencernaan.

Seimbangin Dunia Digital dan Dunia Tubuhmu

Gaya hidup digital memang memudahkan banyak hal, tapi jangan biarkan tubuhmu jadi korban. Ingat, pencernaan yang sehat butuh keseimbangan antara aktivitas, istirahat, dan pola makan yang mindful. Mulailah dari langkah kecil: bergerak lebih banyak, kurangi stres digital, makan tanpa distraksi, dan tidur cukup.

Usus yang sehat bukan cuma bikin perut nyaman, tapi juga bantu otak lebih fokus dan mood lebih stabil. Jadi, yuk mulai rawat tubuhmu di tengah hiruk-pikuk dunia digital karena produktivitas sejati datang dari tubuh yang seimbang dan pencernaan yang bahagia.